Kamis, 22 Januari 2015

Sewa Mobil Harian

Harga sewa mobil sudah termasuk :
Driver+Petrol+parking/toll fee
Pelayanan 10 s/d 12 jam


Dengan Toyota Avanza (6 penumpang) Rp 450.000 


Dengan Toyota Innova (7 penumpang) Rp 650.000

Suzuki Apv Arena (7 penumpang) Rp 450.000


Mini Bus Kia Pregio (10 penumpang) Rp 700.000

Mini Bus Isuzu Elf short  (13 penumpang)   Rp 800.000



Mini Bus Isuzu Elf Long (17 penumpang)  Rp 1.100.000



Mini Bus Toyota Hiace  (17 penumpang) Rp 1.100.000






Rabu, 21 Januari 2015

Nasi Pecel Ibu Tinuk Bali

Nasi Pecel Ibu Tinuk

Pecel Bu Tinuk menyajikan makanan khas Jawa. Berlokasi di Jl.Raya Tuban (sebelahnya Apotil Kimia Farma atau seberangnya Bank Mandiri).
 Menu utama pecel dan berbagai ragam lauk membuat nasi sayur bumbu kacang ini tak pernah membosankan.


Nasi Pecel Bu Tinuk terletak di tengah kota. Bersih, ramai dikunjungi, dan mudah dijangkau. Memasuki warung, pengunjung bisa langsung memesan makanan. Pertama kali masuk, biasanya akan terheran-heran dengan banyaknya tulisan nominal rupiah yang berjajar di tembok, di belakang penjual. Namun, nanti Anda akan mengerti kegunaan tulisan tersebut setelah memesan makanan. Jejeran tulisan tersebut tergantung mulai dari nominal Sembilan ribu rupiah hingga tiga puluh lima ribu rupiah.

Ada baiknya, Anda bergegas memilih tempat duduk, jika ada yang kosong. Karena ramainya tempat makan ini. Terkadang pengunjung harus antri atau bahkan urung masuk dikarenakan tidak kebagian tempat duduk. Yang suka makan sambil santai, bisa memilih tempat bernuansa lesehan.


Harus ekstra sabar saat memesan makanan. Di warung ini, dengan pembeli yang cukup banyak. Hanya dilayani pekerja 5-6 orang. Jadi, kita harus ekstra sabar menunggu giliran untuk diambilkan makanan. Pembeli bisa memesan nasi pecel ditambah dengan lauk yang beraneka ragam seperti bebek goreng, sate buntel, ayam suwir, bakmi, sayur asem, telur kecap, ikan asin, daging empal sapi, telur goreng dadar, mihun, ikan pindang goreng, tempe tahu, dan aneka lauk lainnya.

Harganya tergolong murah. Makan nasi pecel ditambah bebek goreng, ayam suwir, dan bakmi hanya sekitaran Rp 29.000- Rp 30.000 . Harga disesuaikan dengan banyak lauk yang menemani menu utama, nasi pecel dan peyek kacang.
Uniknya, setiap piring, minuman, atau makanan yang dipesan. Selalu disertai dengan harga saat disuguhkan ke pembeli. Misalnya, jika Anda makan nasi pecel, bebek, bakmi, dn ayam suwir yang menghabiskan Rp 29.000. Maka di piring akan disisipkan tulisan dengan harga tersebut. Begitu pula dengan minuman seperti teh atau es  jeruk. Masing-masing minuman juga disertai harga. Nasi pecel, bakmi, dan ayam suwir hanya diberi harga sepuluh ribu rupiah.


Anda akan ditawari ingin sambal pecel yang pedes atau yang biasa. Dengan nasi panas. Masakan sederhana ini sangat nikmat dicicipi. Sayangnya, ramainya warung tidak diimbangi dengan kecepatan pelayanan. Mereka juga terkesan bingung saat banyak pembeli dan tidak cepat mengambilkan makanan. Service yang tidak cepat ini membuat banyak pelanggan kecewa. Namun, kunjungan Anda terbayar saat hidangan sudah di depan mata dan masuk ke perut. Harga murah, enak, dan higienis. Nasi Pecel Bu Tinuk, saya rekomendasikan untuk dikunjungi saat di Bali.

Monumen Bajra Sandhi

Monumen Bajra Sandhi adalah monumen perjuangan rakyat Bali yang terletak di Renon, Denpasar, Bali. Monumen ini menempati areal yang sangat luas, ada beberapa lapangan bola di sekelilingnya.

Monumen Bajra Sandhi merupakan Monumen Perjuangan Rakyat Bali untuk memberi hormat pada para pahlawan serta merupakan lambang pesemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari generasi ke generasi dan dari zaman ke zaman serta lambang semangat untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari 17 anak tangga yang ada di pintu utama, 8 buah tiang agung di dalam gedung monumen, dan monumen yang menjulang setinggi 45 meter. Lokasi monumen ini terletak di depan Kantor Gubernur Kepala Daerah Provinsi Bali yang juga di depan
Gedung DPRD Provinsi Bali Niti Mandala Renon persisnya di Lapangan Puputan Renon. Monumen ini dikenal dengan nama “Bajra Sandhi” karena bentuknya menyerupai bajra atau genta yang digunakan oleh para Pendeta Hindu dalam mengucapkan Weda (mantra) pada saat upacara keagamaan. Monumen ini dibangun pada tahun 1987, diresmikan oleh Presiden Megawati Sukarno Putri pada tanggal 14 Juni 2003. Tujuan pembangunan monumen ini adalah untuk mengabadikan jiwa dan semangat perjuangan rakyat Bali, sekaligus menggali, memelihara, mengembangkan serta melestarikan budaya Bali untuk diwariskan kepada generasi penerus sebagai modal melangkah maju menapak dunia yang semakin sarat dengan tantangan dan hambatan

Pasar Sukawati Bali

Pasar Seni Sukawati Gianyar Bali merupakan tempat dijualnya barang-barang seni khas Bali sehingga cocok dijadikan oleh-oleh Bali untuk teman, saudara, atau sanak keluarga Anda. Barang-barang yang dijual cukup menarik dan harganya pun miring. Mulai dari sandal manik-manik, celana pendek khas Bali,  pakaian,  batik,  tas, lukisan,  patung kayu, bed cover,  alat-alat rumah tangga sampai pernak-pernik dan perhiasaan dijual disini.
Bagi yang punya keahlian menawar, disini jangan takut menawar, penjual tidak akan marah kalau kita menawar dengan harga rendah. Sepasang sandal manik-manik kalau kita pandai menawar bisa kita beli seharga sepuluh ribu rupiah. Bahkan dalam tawar menawar disarankan untuk menawar sepertiga dari harga jual….wow…
Pasar Seni Sukawati ini terletak di daerah Gianyar tidak jauh dari daerah Ubud, waktu tempuh 1 jam dari Kuta atau 1,5 jam dari Bandara Ngurah Rai Bali dengan perjalanan darat.

Bila merasa kurang puas dengan harga yang sedang dinegoisasi, jangan takut untuk meninggalkan si penjual. Selama harga tersebut masih menghasilkan untung bagi si penjual, pasti Anda akan dipanggil kembali. Barang yang paling laku biasanya sandal, pakaian, dan barang-barang seni khas Bali.
Kalau mau belanja, sebaiknya pagi hari. Karena pada pagi hari sekitar pukul 8– 10, para penjualnya baru selesai sembahyang. Nah menurut kepercayaan mereka, apabila berhasil jualan di pagi hari, maka akan mendatangkan kelarisan untuk jam-jam kedepannya. Hal ini biasa disebut sebagai “penglaris”.
Pasar Seni Sukawati telah berdiri dari tahun delapan puluhan (80-an). Buka jam delapan pagi sampai jam enam sore. Kecuali hari Galungan dan Nyepi, Pasar Sukawati buka setiap hari dan biasanya ramai pada hari Minggu atau hari libur

Jika berlibur ke Bali, jangan lupa mampir ke Pasar Seni Sukawati. Saran itu sering diucapkan para pemandu wisata di Bali. 

Banjar Hot Spring Bali






Pemandian air panas Banjar merupakan pemandian air panas paling terkenal di pulau Bali. Pemandian air panas ini terletak di Desa Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Berjarak 25 km dari Kota Singaraja dan 80 km dari Kota Denpasar. Letak pemandian air panas ini tidak jauh dari Pantai Lovina yang terkenal dengan lumba-lumbanya itu. Pemandian air panas ini dapat ditempuh dari Bandara Ngurah Rai selama 3 jam perjalanan.

Pemandian air panas ini sangat ramai dikunjungi baik turis lokal maupun turis asing. Dahulunya kolam pemandian air panas ini digunakan oleh tentara jepang untuk mandi. Namun sekarang, lokasi ini menjadi tujuan favorit para wisatawan untuk menikmati ketenangan di Bali dengan mandi ataupun sekadar berendam di kolam ini.

Kolam di pemandian air panas Banjar terdiri dari 3 bagian. Kolam pertama atau yang paling atas memiliki 8 buah pancuran mulut naga. Kolam pertama ini memiliki lebar 1,5 meter dengan panjang sekitar 12 meter dan kedalaman 1 meter. Kolam kedua merupakan kolam terluas dengan lebar sekitar 10 meter dan panjang 12 meter dengan kedalaman kolam bertingkat. Yang terdekat dengan pancuran sedalam 1 meter dan yang terjauh sedalam 2 meter. Di kolam kedua ini terdapat 5 buah pancuran naga. Kolam kedua ini merupakan kolam yang paling banyak digunakan oleh para pengunjung.
Kolam ketiga atau kolam terakhir memiliki 3 buah pancuran naga dengan ketinggian 3,5 meter. Di kolam ketiga ini banyak di manfaatkan oleh pengunjung untuk menikmati pijatan air yang jatuh dari pancuran naga tersebut. Di kolam ini seakan-akan pengunjung akan dipijat oleh air yang keluar dari mulut naga.

Seperti halnya pemandian air panas pada umumnya, di pemandian air panas Banjar ini juga berguna untuk mengobati penyakit kulit. Setelah beberapa waktu berendam di kolam air panas ini, tubuh akan terasa ringan serta pikiran menjadi lebih segar sehingga siap melakukan kegiatan selanjutnya.


Tiket masuk ke lokasi pemandian air panas Banjar ini sebesar Rp 5.000/orang, untuk anak-anak sebesar Rp 3.000/anak, sangat murah kan. Kolam air panas ini buka setiap hari mulai pukul 08.00 - 18.00 WITA. Setelah berendam di air panas, sobat bisa menikmati spa and massage yang ada di sebelah kamar ganti lokasi ini. Sungguh liburan yang sangat menyenangkan...

Lovina Bali


ARTI KATA LOVINA
"Love" dan "Ina" yang diartikan sebagai Love Indonesia, tidak sesuai dalam konteks Panji Tisna. Istilah “INA” adalah singkatan untuk kontingen atau rombongan atlet Indonesia untuk Asian Games 1963. Sedangkan, Lovina didirikan pada tahun 1953. Menurut Panji Tisna, Lovina memiliki makna filosofis, campuran dua suku kata "Love" dan "Ina". Kata "Love" dari bahasa Inggris berarti kasih yang tulus dan "Ina" dari bahasa Bali atau bahasa daerah yang berarti "ibu". Menurut penggagasnya, Anak Agung Panji Tisna, arti "Lovina" adalah "Cinta Ibu" atau arti luhurnya adalah "Cinta Ibu Pertiwi".
Pantai Lovina atau Lovina terletak sekitar 9 Km sebelah barat kota Singaraja, ini merupakan salah satu obyek wisata yang ada di Bali Utara. Wisatawan baik asing maupun lokal banyak yang berkunjung ke sana, selain untuk melihat pantainya yang masih alami, juga untuk melihat ikan lumba-lumba yang banyak terdapat di pantai ini. Dengan menyewa perahu nelayan setempat, kita dapat mendekati lumba-lumba. Berbagai penginapan mulai dari Inn hingga Cottages tersedia dengan harga yang sangat terjangkau


SEJARAH LOVINA
Menyinggung sejarah Lovina, tentunya tidak bisa lepas dengan sosok Anak Agung Panji Tisna. Nama Panji Tisna sering ditulis Pandji Tisna. Sekitar 1950-an, Anak Agung Panji Tisna, pernah melakukan perjalanan ke beberapa negara di Eropa dan Asia. Apa yang menarik perhatian beliau terutama adalah kehidupan masyarakat di India. Dia tinggal beberapa minggu di Bombay. Cara hidup dan kondisi penduduk di sana, serta merta mempengaruhi cara pikir dan wawasan beliau ke depan untuk Bali, terutama pembangunan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Buleleng.

Sementara itu, Panji Tisna juga melihat suatu tempat yang ditata indah untuk orang-orang berlibur di pantai. Tanah tersebut memiliki kesamaan dengan tanah miliknya di Pantai Tukad Cebol, Buleleng yang juga terletak di antara dua buah aliran sungai. Inspirasi Panji Tisna muncul untuk membangun sebuah peristirahatan seperti itu.
Kembali dari luar negeri pada tahun 1953, Anak Agung Panji Tisna segera menyatakan inspirasinya dan mulai membangun di tanah miliknya, sebuah pondok bernama "Lovina". Tempat itu dimaksud untuk para “pelancong”, istilah sekarang “turis”, untuk berlibur. Dilengkapi dengan 3 kamar tidur utuk menginap dan sebuah restoran kecil dekat di pinggir laut.

Waktu itu, beberapa pengamat bisnis mengkawatirkan, bahwa rencana Panji Tisna tidak akan berhasil seperti yang diharapkan. Terlalu awal waktunya untuk membuat usaha sejenis itu di pantai terpencil seperti pantai di Tukad Cebol. Pengamat budaya lokal menyatakan, "Lovina" adalah sebuah kata asing, bukan bahasa Bali. Selanjutnya lagi, tidak ada huruf "v" dalam aksara Bali. Komentar lain mengatakan dengan tegas, jangan menggunakan kata “Lovina”, sebaiknya dihapus saja.

Anak Agung Panji Tisna, pada tahun 1959, menjual Penginapan Lovina kepada kerabatnya yang lebih muda,Anak Agung Ngurah Sentanu sebagai pemilik dan manajer. Bisnis ini berjalan cukup baik. Namun, tidak ada pelancong atau turis. Hanya datang beberapa teman Panji Tisna berasal dari Amerika dan Eropa, serta pejabat pemerintah daerah dan para pengusaha untuk berlibur. Merasa beruntung juga, karena pada hari-hari khusus seperti hari Minggu dan hari libur, juga pada hari raya seperti Galungan dan Kuningan banyak orang termasuk pelajar yang datang menikmati suasana alam pantai.

Jati Luwih Bali

Jati Luwih

Jatiluwih di Bali
Dari kata "Jati" dan "Luwih" yang berarti "benar benar indah"
Tempat ini memang cocok untuk Anda yang ingin menikmati suasana pedesaan di Pulau Dewata Bali. Suasana yang tenang, asri, dan alami sangat berbeda dengan daerah perkotaan yang penuh keramaian. Tempat ini bisa menjadi tujuan wisata bagi Anda yang penat dengan kehidupan kota dan ingin menghilangkan kejenuhan.
Terletak di daerah Penebel, Tabanan, Bali, Jatiluwih terkenal dengan panorama persawahannya. Jatiluwih merupakan daerah yang berdekatan dengan Gunung Batukaru dan terletak pada ketinggian 700 m diatas permukaan laut. Oleh karena itu tidak mengherankan jika Anda akan menikmati udara sejuk saat berada disini.

Jatiluwih memiliki pemandangan alam yang indah. Sebagian besar daerahnya merupakan daerah persawahan yang dibuat berundak (bertingkat) atau dikenal dengan sawah berteras khas Bali yang akan membuat Anda semakin mengangguminya. Daerah persawahan ini berbentuk teras dengan luas sekitar 636 hektar. Sawah ini menggunakan sistem pengairan subak yaitu sistem pengairan atau irigasi tradisional Bali yang berbasis masyarakat. Subak memiliki pura yang dibangun untuk dewi kemakmuran dan dewi kesuburan. Keunikan sawah berteras inilah yang membuat Jatiluwih dinominasikan masuk daftar UNESCO World Heritage sebagai warisan budaya dunia.
Sesekali, Anda juga akan melewati sungai, pura, atau rumah-rumah penduduk yang masih sederhana. Suasananya benar-benar menggambarkan suasana pedesaan yang damai. Untuk dapat menikmati panorama ini, Anda bisa menggunakan sepeda atau jika ingin merasakan sesuatu yang berbeda, Anda bisa menyewa sebuah mobil Volkswagen sambil menikmati pemandangan di kanan kiri anda. Suasana pedesaan ini telah menarik perhatian banyak para wisatawan dari dalam maupun luar negeri untuk mengunjungi daerah Jatiluwih ini.

Setelah puas menikmati panorama persawahan, Anda bisa menikmati santapan di salah satu restoran sepuasnya, karena restoran ini menyediakan makanan secara buffet sehingga Anda bisa mengisi perut sepuasnya. Sambil bersantap, Anda dapat pemandangan persawahan dan gunung yang ada di depan Anda, ini akan membuat perasaan Anda semakin rileks. Selesai makan, jangan lupa untuk menyempatkan diri untuk berfoto disana

Tanah Lot Bali

'Tanah Lot' adalah sebuah objek wisata di Bali, Indonesia. Di sini ada dua pura yang terletak di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu. Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Dang Kahyangan. Pura Tanah Lot merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut.

Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa. Ia adalah Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap beliau karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben menyuruh Danghyang Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot. Ia menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot beliau dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura di sana. Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa Bendesa Beraben 'akhirnya' menjadi pengikut Danghyang Nirartha.

Odalan / Upacara  /  hari raya di Pura ini diperingati setiap 210 hari sekali, sama seperti pura-pura yang lain. Jatuhnya dekat dengan perayaan Galungan dan Kuningan yaitu tepatnya pada Hari Suci Buda Cemeng Langkir. Saat itu, orang yang sembahyang akan ramai bersembahyang di Pura Ini.

Pura Goa Lawah Bali

Pura Goa Lawah termasuk wilayah desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Jaraknya sekitar 10 km ke arah timur kota Klungkung atau kurang lebih 50 km dari kota Denpasar. Menempuh jarak satu setengah jam dari Bandar udara Ngurah Rai melalui by pass Prof Ida Bagus Mantra. Lokasinya juga satu jalur dengan obyek wisata Candidasa, berkisar 15 km sebelah timur pura Goa Lawah dan dan Kerta Gosa Bali. Goa Lawah

Mengenai sejarah pura Goa Lawah, tidak diketahui pasti kapan dan siapa yang membangun pura ini. Menurut penelitian para ahli sejarah pura ini dibangun pada abad ke-11 atas gagasan dari Mpu Kuturan. Pura Goa Lawah adalah tempat memuja Tuhan sebagai Dewa Laut.

Pemandangan di pura ini sangat khas, karena sebuah goa berada di bawah pepohonan yang rindang. Di mulut goa dibangun beberapa tempat pemujaan. Di depan goa dalam areal pura juga nampak banyak tempat pemujaan. Upacara besar di pura ini dilaksanakan tiap enam bulan sekali. Pada penanggalan Bali disebut hari Anggarkasih Medangsia.

Pura ini berada di seberang pantai dan memasuki wilayah perbukitan. Sebuah pura juga dibangun di pantai ini yang disebut Pura Segara. Pura Segara merupakan pura masyarakat sekitar yang sebagian besar mata pencahariannya sebagai nelayan untuk memuja Tuhan dengan sebutan Bhatara Baruna atau Dewa Laut.


Saat memasuki desa Pesinggahan menuju pura Goa Lawah, disepanjang jalan banyak terdapat warung yang menawarkan menu dari ikan laut. Seperti ikan bakar, pepes ikan, sate , sup ikan, sayur plecing, sambal mentah, sambal merah bumbu Bali, lengkap dengan nasi dan es kelapa muda. Warung – warung makanan ringan juga banyak terdapat diseberang pura. Areal parkir yang tersedia cukup luas yang berada di luar pura dan di tepi pantai. Daerah tujuan wisata ini ramai dikunjungi wisatawan mancanegara maupun domestik. Terutama pada saat musim liburan dan hari raya.

Ulun Danu Bedugul Bali

Ulun Danu Bedugul

(lihatsewa mobil jalan jalan di bali)
Tempat wisata di Bedugul Bali yang wajib dikunjungi - Untuk Para wisatawan yang sering berkunjung ke Bali tentu sudah tidak asing dengan yang namanya Bedugul. Tahukah Anda bahwa Bedugul merupakan salah satu tempat wisata favorit di Bali yang ramai dikunjungi oleh para turis domestic maupun manca negara. Bedugul adalah tempat yang nyaman untuk bersantai saat liburan ke Bali. Objek wisata ini terletak di desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan , Bali kurang lebih berjarak 45 km dari pusat kota. Atau kurang lebih berjarak 50 km kea rah utara dari ibukota provinsi Bali yaitu Kota Denpasar.
Tempat wisata Bedugul terletak di dataran tinggi, di tempat wisata ini terdapat Danau Beratan. Danau Beratan terletak diketingian 1250 meter diatas permukaan laut. Karena terletak didaerah dataran tinggi, maka Bedugul memiliki udara yang sejuk dan suhu berada di kisaran 17 hingga 25 derajat celcius. Bukan hanya Danau Beratan , disekitar danau ini juga terdapat pula sebuah Pura yang dikenal dengan sebutan Pura Ulun Danu.
Sejarah singkat dari nama Bedugul
Ada beberapa cerita  yang menyebutkan mengenai  sejarah asal usul nama tempat wisata ini sehingga disebut Bedugul. Cerita yang pertama yaitu, Bedugul di ambil dari kata dua kata yaitu  "Bedug" karena adanya kelompok  masyarakat Muslim di sekitar bedugul dan “Kul” dari Kul-kul yang merupakan alat komuniksi tradisional masyarakat Bali yang fungsinya hampir sama seperti kentongan. Penggabungan kedua kata itulah yang kemudian menjadikan nama daerah ini disebut Bedugul. Cerita lain sejarah asal usul nama Bedugul yaitu pada jaman dahulu ada seorang raja yang sedang mandi di Danau Beratan dan tak sengaja di lihat oleh warga sekitar, sambil mereka mengatakan bedogol Raja kelihatan. Itulah beberapa versi penamaan tempat wisata Bedugul.
Sejarah Pura Ulun Danu di Danau Beratan
Seperti yang dituliskan diatas, bahwa di Danau Beratan terdapat sebuah Pura yang disebut Pura Ulun Danu. Di halaman depan pura tepatnya disebelah kiri Pura Ulun Danu Beratan terdapat sebuah sarkopagus dan papan batu, yang diteliti berasal dari zaman megalitik, sekitar 500 tahun SM.  Dalam lontar Babad Mengwi menguraikan bahwa I Gusti Agung Putu yang merupakan pendiri kerajaan Mengwi mendirikan sebuah Pura di pinggir Danau Beratan, sebelum beliau mendirikan pura taman ayun. Dalam lontar Babad Mengwi  tidak disebutkan kapan tepatnya beliau mendirikan Pura Ulun Danu Beratan, namun yang terdapat dalam lontar Babad Mengwi adalah waktu pendirian pura taman ayun yang upacaranya berlangsung pada Anggara Kliwon Medangsia tahun Saka Sad Bhuta Yaksa Dewa yaitu tahun saka 1556 atau 1634 M. Berdasarkan uraian dalam lontar tersebut diketahui bahwa Pura Ulun Danu Beratan didirikan sebelum tahun saka 1556, oleh I Gusti Agung Putu. Semenjak pendirian pura tesebut termasyurlah kerajaan Mengwi, dan I Gusti Agung Putu medapat gelar dari rakyatnya " I Gusti Agung Sakti ". Hingga sekarang Pura Ulun Danu menjadi tempat wisata di Bedugul yang sering dikunjungi  baik oleh wisatawn lokal maupun manca negara.
Pura Ulun Danu Beratan terdiri dari 4 komplek pura yaitu:
Pura Lingga Petak
Pura Penataran Pucak Mangu
Pura Terate Bang
Pura Dalem Purwa
Di Bedugul ada sebuah masjid yang telah berusia tua yang bernama Masjid Besar AL-Hidayah. Masjid ini berada di atas sebuah bukit kecil di sisi sebelah barat Danau Beratan. Didaerah ini para pemeluk agama islam dan agama hindu sangat toleran. Di sekitar tempat wisata Bedugul banyak ditemui masjid-masjid jadi untuk anda yang muslim tidak perlu khuatir saat akan menjalankan kewajiban sholat .

Beberapa tempat wisata juga terdapat di kawasan Bedugul antara lain, Pura Luhur Ulun Danu Bedugul, Danau Beratan, Danau Tamblingan dan Buyan, Kebun Raya Eka Karya Bedugul,  Air Terjun Git-git dan Air Panas Angseri. Dengan banyaknya tempat wisata di daerah ini, Anda tidak akan merasa bosan. Tunggu apalagi ayo segera kunjungi tempat wisata di sekitar Bedugul Bali.

Candi Dasa dan Desa Tenganan Bali

Candi Dasa dan Desa Tenganan

(lihatsewa mobil jalan jalan di bali)
Candi Dasa adalah sebuah tempat peristirahatan atau resor yang terletak di kabupaten Karangasem, Bali. Daerah ini jaraknya kurang lebih 90 km di sebelah timur laut Denpasar. Dari Candi Dasa untuk menuju Tenganan jaraknya hanya kira-kira 10 kilometer.

Candi Dasa terletak di Teluk Amuk yang merupakan salah satu tempat terkenal untuk menyelam. Pulau-pulau kecil di Teluk Amuk (Gili Tepekong, Gili Biaha, Gili Mimpang) menawarkan pengalaman menyelam yang menakjubkan. Namun, para pemandu penyelaman di sana harus memperingatkan para penyelam yang dipandunya untuk sangat berhati-hati karena arus tempat penyelaman yang sangat kuat dan seringkali tak bisa diperkirakan kehadirannya. Efek mesin cuci dapat dengan mudah membuat panik para penyelam. Oleh karena hal ini beberapa lokasi dinyatakan sebagai tempat yang berbahaya untuk penyelam pemula 



Sejarah Desa Tenganan
Tenganan adalah sebuah desa tradisional di pulau Bali. Desa ini terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem di sebelah timur pulau Bali. Tenganan bisa dicapai dari tempat pariwisata Candi Dasa dan letak kira-kira 10 kilometer dari sana.


Desa Tenganan merupakan salah satu desa dari tiga desa Bali Aga, selain Trunyan dan Sembiran. Yang dimaksud dengan Bali Aga adalah desa yang masih mempertahankan pola hidup yang tata masyarakatnya mengacu pada aturan tradisional adat desa yang diwariskan nenek moyang mereka. Bentuk dan besar bangunan serta pekarangan, pengaturan letak bangunan, hingga letak pura dibuat dengan mengikuti aturan adat yang secara turun-temurun dipertahankan

Menurut sebagian versi catatan sejarah, kata Tenganan berasal dari kata "tengah" atau "ngatengahang" yang memiliki arti "bergerak ke daerah yang lebih dalam". Kata tersebut berhubungan dengan pergerakan masyarakat desa dari daerah pinggir pantai ke daerah pemukiman di tengah perbukitan, yaitu Bukit Barat (Bukit Kauh) dan Bukit Timur (Bukit Kangin).
Sejarah lain mengatakan bahwa masyarakat Tenganan berasal dari Desa Peneges, Gianyar, yang dulu disebut sebagai Bedahulu. Menurut cerita rakyat, Raja Bedahulu pernah kehilangan salah satu kudanya dan orang-orang mencarinya ke Timur. Kuda tersebut ternyata ditemukan tewas oleh Ki Patih Tunjung Biru, orang kepercayaan sang raja. Atas loyalitasnya, Ki Patih tunjung Biru mendapatkan wewenang untuk mengatur daerah yang memiliki aroma dari bangkai (carrion) kuda tersebut. Ki Patih mendapatkan daerah yang cukup luas karena dia memotong bangkai kuda tersebut dan menyebarkannya sejauh yang dia bisa lakukan. Itulah asal mula dari daerah Desa Tenganan.

Keseharian kehidupan di desa ini masih diatur oleh hukum adat yang disebut awig-awig. Hukum tersebut ditulis pada abad ke-11 dan diperbaharui pada tahun 1842. Rumah adat Tenganan dibangun dari campuran batu merah, batu sungai, dan tanah. Sementara atapnya terbuat dari tumpukan daun rumbi. Rumah adat yang ada memiliki bentuk dan ukuran yang relatif sama, dengan ciri khas berupa pintu masuk yang lebarnya hanya berukuran satu orang dewasa. Ciri lain adalah bagian atas pintu terlihat menyatu dengan atap rumah.

Penduduk desa ini memiliki tradisi unik dalam merekrut calon pemimpin desa, salah satunya melalui prosesi adat mesabar-sabatan biu (perang buah pisang). Calon prajuru desa dididik menurut adat setempat sejak kecil atau secara bertahap dan tradisi adat tersebut merupakan semacam tes psikologis bagi calon pemimpin desa. Pada tanggal yang telah ditentukan menurut sistem penanggalan setempat (sekitar Juli) akan digelar ngusaba sambah dengan tradisi unik berupa mageret pandan (perang pandan). Dalam acara tersebut, dua pasang pemuda desa akan bertarung di atas panggung dengan saling sayat menggunakan duri-duri pandan. Walaupun akan menimbulkan luka, mereka memiliki obat antiseptik dari bahan umbi-umbian yang akan diolesi pada semua luka hingga mengering dan sembuh dalam beberapa hari. Tradisi tersebut untuk melanjutkan latihan perang rutin dan menciptakan warga dengan kondisi fisik serta mental yang kuat. Penduduk Tenganan telah dikenal sebagai penganut Hindu aliran Dewa Indra, yang dipercaya sebagai dewa perang.


Masyarakat Tenganan mengajarkan dan memegang teguh konsep Tri Hita Karana (konsep dalam ajaran Hindu) dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tri berarti tiga dan Hita Karana berarti penyebab kebahagiaan untuk mencapai keseimbangan dan keharmonisan. Tri Hita Karana terdiri dari Perahyangan (hubungan yang seimbang antara manusia dengan Tuhan), Pawongan (hubungan harmonis antara manusia dengan manusia lainnya), dan Palemahan (hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya)

Upacara Perang Pandan
Upacara Perang Pandan adalah upacara persembahan yang dilakukan untuk menghormati Dewa Indra (dewa perang) dan para leluhur. Perang Pandan disebut juga mekare-kare. Kegiatan upacara ritual ini diadakan tiap tahun bulan juni di Desa Tenganan, yang terletak di 70 km timur Denpasar Bali lebih kurang 70 menit menggunakan kendaraan bermotor, desa ini masuk salah satu desa tua di Bali, desa ini disebut Bali Aga. Lokasi desa ini dikelilingi bukit, sementara bentuk desa sendiri seperti layak nya sebuah benteng  yang hanya mempunyai empat pintu masuk dengan sistim penjagaan,sehingga lebih memudahkan untuk tahu siapa saja yang datang dan pergi dari desa tersebut.


Kepercayaan yang dianut warga desa Tenganan berbeda dengan warga Bali pada umumnya. Warga desa Tenganan mempunyai aturan tertulis atau awig-awig yang secara turun temurun diwariskan oleh nenek moyang mereka,juga tidak mengenal kasta dan diyakini Dewa Indra adalah dewa dari segala dewa. Dewa Indra adalah dewa perang. Menurut sejarahnya Tenganan adalah hadiah dari Dewa Indra pada wong peneges, leluhur desa Tenganan. Sementara Umat Hindu Bali pada umumnya menjadikan Tri Murti yaitu Brahma, Wisnu, dan Siwa sebagai dewa tertinggi.

Konon menurut cerita, pada zaman dahulu kawasan Tenganan dan sekitarnya diperintah oleh seorang raja bernama Maya Denawa yang lalim dan kejam, ia bahkan menjadikan dirinya sebagai Tuhan dan melarang orang Bali melakukan ritual keagamaan, mendengar itu para dewa di surga pun murka, lalu para dewa mengutus Dewa Indra untuk menyadarkan atau membinasakan Maya Denawa, dengan cara mengangkat Dewa Indra sebagai panglima perang atau pemimpim pertempuran. Melalui pertempuran sengit dan memakan korban jiwa yang tidak sedikit, akhir nya Maya Denawa dapat kalahkan.

Upacara Perang Pandan/Mekare kare ini diadakan 2 hari dan diselenggarakan 1 sekali dalam setahun pada sasih kalima (bulan kelima pada kalender Bali) dan merupakan bagian dari upacara Sasih Sembah yaitu upacara keagamaan terbesar di Desa Tenganan.Tempat pelaksanaan upacara Mekare-kare ini adalah didepan balai pertemuan yang ada di halaman desa. Waktu pelaksanaan biasanya dimulai jam 2 sore dimana semua warga menggunakan pakaian adat Tenganan (kain tenun Pegringsingan), untuk  para pria hanya menggunakan sarung (kamen), selendang (saput), dan ikat kepala (udeng) tanpa baju, bertelanjang dada.

Perlengkapan Perang ini adalah pandan berduri diikat menjadi satu berbentuk sebuah gada, sementara untuk perisai yang terbuat dari rotan. Setiap pria  (mulai naik remaja) didesa ini wajib ikut dalam pelaksanaan Perang Pandan, panggung berukuran sekitar 5 x 5 meter persegi itu. Dengan tinggi sekitar 1 meter, tanpa tali pengaman mengelilingi.

Sebelum Perang Pandan dimulai,diawali dengan ritual upacara mengelilingi desa untuk memohon keselamatan,lalu diadakan ritual minum tuak, tuak dalam di bambu dituangkan ke daun pisang yang berfungsi seperti gelas. Peserta perang saling menuangkan tuak itu ke daun pisang peserta lain. Kemudian tuak tersebut dikumpulkan menjadi satu dan dibuang kesamping panggung.

Saat upacara Perang Pandan akan dimulai, Mangku Widia pemimpin adat di Desa Tenganan memberi aba-aba dengan suaranya, lalu dua pemuda bersiap-siap. Mereka berhadap-hadapan dengan seikat daun pandan di tangan kanan dan perisai terbuat dari anyaman rotan di tangan kiri. Penengah layaknya wasit berdiri di antara dua pemuda ini.

Setelah penengah mengangkat tangan tinggi-tinggi, dua pemuda itu saling menyerang. Mereka memukul punggung lawan dengan cara merangkulnya terlebih dulu. Mereka berpelukan. Saling memukul punggung lawan dengan daun pandan itu lalu menggeretnya. Karena itu ritual ini disebut pula megeret pandan. Peserta perang yang lain bersorak memberi semangat. Gamelan ditabuh dengan tempo cepat. Dua pemuda itu saling berangkulan dan memukul hingga jatuh. Penengah memisahkan keduanya dibantu pemedek yang lain.

Pertandingan ini tidak berlangsung lama. Kurang dari satu menit bahkan. Selesai satu pertandingan langsung disambung pertandingan yang lain, Ini dilakukan bergilir (lebih kurang selama 3 jam).

Seusai upacara tersebut semua luka gores diobati dengan ramuan tradisional berbahan kunyit yang konon sangat ampuh untuk menyembuhkan luka. Tidak ada sorot mata sedih bahkan tangisan pada saat itu karena mereka semua melakukannya dengan iklas dan gembira. Tradisi ini adalah bagian dari ritual pemujaan masyarakat Tenganan kepada Dewa Indra, dewa perang yang dihormati dengan darah lewat upacara perang pandan, dilakukan tanpa rasa dendam, atau bahkan dengan senyum ceria, meski harus saling melukai dengan duri pandan.

Setelah Perang Pandan selesai kemudian ditutup dengan bersembahyangan di Pura setempat dilengkapi dengan mempersembahkan/menghaturkan tari Rejang.


Adat istiadat harus kita junjung tinggi karena merupakan citra diri juga melambangkan harga diri akan suatu negeri. Adat istiadat jangan sampai hilang agar orang tahu dari mana kita berasal. Bali pulau dewata menampilkan berbagai macam keindahan Pandan Tenganan

Bukit Jambul Bali

Bukit Jambul


Bukit Jambul berlokasi di perbatasan antara Desa Pesaban dan Desa Nongan, yang termasuk di dalam wilayah Kecamatan Rendang, Kabupaten Daerah Tingkat II Karangasem. Untuk menuju kawasan Bukit Jambul dari ibukota kabupaten Klungkung, Semarapura berjarak sekitar 12 km dan dari ibukota propinsi Denpasar menempuh jarak lebih kurang 51 km dengan melalui jalan ke arah kawasan wisata Pura Besakih. Untuk mencapai Bukit Jambul ini sangat mudah dengan kendaraan roda empat maupun roda dua karena selain sudah ditunjang dengan sarana jalan yang cukup baik, lokasinya juga berada di pinggir jalan.
Kawasan wisata Bukit Jambul merupakan daerah tujuan wisata alam yang dimiliki Kabupaten Daerah Tingkat II Karangasem, yang terletak di atas bukit sehingga udara di sekitarnya terasa sejuk dan nyaman. Seperti pemandangan alam lainnya di kabupaten Karangasem, daya tarik wisata dari Bukit Jambul juga terdapat pada pemandangan alam di antara perpaduan panorama perbukitan, persawahan, lembah-lembah, dan panorama laut. Dari tempat ketinggian di Bukit Jambul ini, wisatawan dapat menyaksikan keindahan pemandangan alam yang sangat menawan dan mempesona. Di pinggir jalan yang menanjak dan berliku-liku dapat kita saksikan petak-petak sawah yang bertingkat (terasiring) dan pohon-pohon cengkeh yang subur tumbuh di kawasan perbukitan ini. Di sebelah timur akan tampak terlihat perbukitan yang menjulang tinggi yang berada di wilayah Sidemen dan di sebelah selatan akan tampak persawahan yang berada di wilayah kabupaten Klungkung dan sekitarnya serta di kejauhan terlihat pemandangan laut lepas di selatan kabupaten Klungkung.
Sebagai kawasan wisata, di Bukit Jambul sudah dilengkapi dengan areal parkir yang luas dan terdapat sebuah rumah makan (restaurant) yang cukup bagus dan besar serta mampu menampung kapasitas untuk wisatawan yang singgah dalam bentuk grup ataupun rombongan. Bukit Jambul juga merupakan sebagai tempat peristirahatan (stopover) sehingga seringkali disinggahi oleh wisatawan baik mancanegara maupun nusantara yang akan berwisata ke kawasan wisata Pura Besakih ataupun pada saat mereka kembali dari Besakih. Pada umumnya para wisatawan yang singgah di sini untuk makan siang dan minum, sambil beristirahat melepas lelah mereka juga dapat menikmati panorama alam Bukit Jambul yang suasananya tenang dan sejuk. Sering pula wisatawan yang singgah mengabadikan dengan kameranya pemandangan alam Bukit Jambul.

Menurut keterangan dari orang-orang tua desa Pesaban, nama Bukit Jambul baru ada dan dikenal sejak pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, di mana pada saat itu nama Bukit Jambul tersebut diberikan oleh para wisatawan yang berkunjung. Nama Bukit Jambul diambil dari bukit yang menjulang tinggi yang berada di sebelah selatan jalan jurusan antara Klungkung dengan Besakih. Di atas bukit tersebut terdapat sebuah pura yang bernama Pura Puncak Sari. Di sekitar area Pura Puncak Sari ditumbuhi oleh pepohonan yang besar-besar dan sangat lebat. Sedangkan di bawah komplek pura tersebut terdapat persawahan penduduk sehingga puncak bukit yang berhutan lebat itu tampak kelihatan seperti "Jambul". Dan pura yang berada di puncak bukit tersebut sekarang adalah Pura Ulun Carik yang diemongi oleh para petani setempat. Sebelum bernama Bukit Jambul, lingkungan persawahan yang ada di sebelah selatan jalan raya disebut dengan nama Babad Kelod. Sedangkan daerah tegalan dan persawahan yang berada di sebelah utara jalan raya disebut dengan nama Babakan Kaja. Oleh karena itu, dengan terdapatnya bukit yang terlihat seperti berjambul dan yang sekarang ini menjadi daya tarik wisatawan maka lama kelamaan kawasan tersebut dikenal dengan nama Bukit Jambul

Pura Besakih Bali

Pura Besakih adalah sebuah komplek pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia. Komplek Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18 Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Di Pura Basukian, di areal inilah pertama kalinya tempat diterimanya wahyu Tuhan oleh Hyang Rsi Markendya, cikal bakal Agama Hindu Dharma sekarang di Bali, sebagai pusatnya. Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, Pura Penataran Agung adalah pura yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di komplek Pura Besakih. Di Pura Penataran Agung terdapat 3 arca atau candi utama simbol stana dari sifat Tuhan Tri Murti, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa yang merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur/Reinkarnasi. Pura Besakih masuk dalam daftar pengusulan Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1995

Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekedar menjadi tempat pemujaan terhadap Tuhan YME, menurut kepercayaan Agama Hindu Dharma, yang terbesar di pulau Bali, namun di dalamnya memiliki keterkaitan latar belakang dengan makna Gunung Agung. Sebuah gunung tertinggi di pulau Bali yang dipercaya sebagai pusat Pemerintahan Alam Arwah, Alam Para Dewata, yang menjadi utusan Tuhan untuk wilayah pulau Bali dan sekitar. Sehingga tepatlah kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan untuk kesucian umat manusia, Pura Besakih yang bermakna filosofis.

Makna filosofis yang terkadung di Pura Besakih dalam perkembangannya mengandung unsur-unsur kebudayaan yang meliputi:
Sistem pengetahuan,
Peralatan hidup dan teknologi,
Organisasi sosial kemasyarakatan,
Mata pencaharian hidup,
Sistem bahasa,
Religi dan upacara, dan
Kesenian.

Ketujuh unsur kebudayaan itu diwujudkan dalam wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Hal ini sudah muncul baik pada masa pra-Hindu maupun masa Hindu yang sudah mengalami perkembangan melalui tahap mitis, tahap ontologi dan tahap fungsional.

Telaga Waja Rafting Bali

Telaga Waja Rafting Bali (promo Rp 400.000/orang all inclusive)

(lihatsewa mobil jalan jalan di bali)

Wisata arung jeram di Sungai Telaga Waja Bali ini terletak di desa Muncan, Karangasem, Bali bagian timur yang dapat dicapai dalam kurang lebih 1,5 jam perjalanan dari daerah wisata Kuta, Legian, Sanur dan Seminyak.
Telaga Waja rafting Bali dipilih menjadi salah satu start point lintasan arung jeram atau rafting yang sangat disukai di Bali.

Apa kelebihan rafting di Telaga Waja Bali bersama kami?
Di bandingkan dengan rafting di sungai Ayung, maka Rafting di Sungai Telaga Waja Bali ini akan lebih menantang karena level sungai yang mempunyai level 4 sedangkan sungai Ayung memiliki level 3. Selain itu di telaga waja air sungainya lebih jernih dan bersih karena bersumber dari mata air yang ada di kaki Gunung Agung Bali. Harga rafting dan fasilitas rafting yang di tawarkan bisa dengan penjemputan ataupun rafting tanpa penjemputan.




Selain itu juga di Telaga Waja pemandangan alamnya lebih menarik karena sepanjang trek rafting kita bisa melihat lihat petak-petak sawah, hijaunya perbukitan, tebing tebing sungai yang indah dan pemandangan air terjun yang banyak kita lihat sepanjang trek. Dan yang paling di nanti oleh pecinta rafting di Bali tepatnya di sungai Telaga Waja ini adalah Jumping Point setinggi kurang lebih 4 meter sebelum garis finish namun aman yang akan membuat anda menahan nafas, berteriak histeris dan pasti ketagihan lagi.







Kintamani Bali


Sejarah
Sumber-sumber yang menyebutkan tentang Danau Batur adalah Lontar Kesmu Dewa. Lontar Usana Bali dan Lontar Raja Purana Batur. Disebutkan bahwa Pura Batur sudah ada sejak zaman Empu Kuturan, yaitu abad ke-10 sampai permulaan abad ke-11. Luasnya areal dan banyaknya pelinggih-pelinggih maka diperkirakan bahwa Pura Batur adalah penyiwi raja-raja yang berkuasa di Bali, sekaligus merupakan Kahyangan Jagat. Di Pura Batur yang diistanakan adalah Dewi Danu yang disebutkan dalam Lontar Usana Bali yang terjemahannya sebagai berikut:
Adalah ceritera, terjadi pada bulan Marga Sari (bulan ke V) waktu Kresna Paksa (Tilem) tersebutlah Betara Pasupati di India sedang memindahkan Puncak Gunung Maha Meru dibagi menjadi dua, dipegang dengan tangan kiri dan kanan lalu dibawa ke Bali digunakan sebagai sthana Putra beliau yaitu Betara Putrajaya (Hyang Maha Dewa) dan puncak gunung yang dibawa tangan kiri menjadi Gunung Batur sebagai sthana Betari Danuh, keduanya itulah sebagai ulunya Pulau Bali. Kedua Gunung ini merupakan lambang unsur Purusa dan Pradana dari Sang Hyang Widhi. Pura Batur merupakan tempat Pemujaan Umat Hindu di seluruh Bali khususnya Bali Tengah, Utara dan Timur memohon keselamatan di bidang persawahan. Sehingga pada saat puja wali yang jatuh pada Purnamaning ke X (kedasa) seluruh umat terutama pada semua kelian subak, sedahan-sedahan datang ke Pura Batur menghaturkan "Suwinih". Demikian kalau terjadi bencana hama.

Potensi wisata kawasan ini adalah pemandangan kawasan pegunungan yang sangat unik dan menakjubkan. Setelah kira-kira 2 jam perjalanan dari Kota Denpasar, kita akan sampai di kawasan ini, tepatnya di tempat yang disebut Penelokan, yang sesuai dengan namanya dalam bahasa Bali yang berarti tempat untuk melihat-lihat merupakan lokasi yang paling strategis untuk menikmati pemandangan alam di kawasan wisata ini. Penelokan terletak di Kedisan, salah satu desa di Kec. Kintamani.

Dari Penelokan kita bisa menyaksikan pemandangan menakjubkan. kombinasi antara Gunung Batur beserta hamparan bebatuan hitam dengan Danau Batur yang berbentuk bulan sabit berwarna biru di sebuah kaldera yang oleh wisatawan-wisatawan dikatakan sebagai kaldera terindah di dunia. Penelokan sudah mempunyai infrastruktur yang cukup memadai sebagai tempat wisata, antara lain penginapan maupun restoran.


Dari Penelokan kita mempunyai dua alternatif untuk melanjutkan perjalanan di Kintamani. pertama kita bisa melanjutkan ke arah utara menuju Desa Batur. Di desa ini kita bisa berkunjung ke salah satu pura kahyangan jagat di Bali yang bernama Pura Batur. pura ini pada awalnya terletak di sebelah barat daya Gunung batur yang kemudian dipindahkan bersamaan dengan pindahnya warga desa ke bagian atas.



Alternatif kedua kita bisa turun ke pusat Desa Kedisan untuk selanjutnya menyeberang melintasi danau ke sebuah desa tua yang bernama Terunyan. Di Desa Terunyan kita bisa melihat peradaban Bali kuno yang disebut Bali Aga. di desa ini orang-orang yang sudah meninggal tidak dikubur tetapi diletakan begitu saja di bawah sebuah pohon. Mayat-mayat ini tidak mengeluarkan bau sama sekali.


Tradisi Masyarakat trunyan tidak mengubur mayat



KEUNIKAN DESA KERUNYAT TIDAK MENGUBUR MAYAT


Tradisi Unik Desa Terunyan Kintamani Bali
Masyarakat Terunyan mempunyai tradisi pemakaman dimana jenazah dimakamkan di atas batu besar yang memiliki cekungan 7 buah.
Jenazah hanya dipagari bambu anyam.
Adat Desa Terunyan mengatur tata cara menguburkan mayat bagi warganya. Di desa ini ada tiga kuburan (sema) yang diperuntukan bagi tiga jenis kematian yang berbeda. Apabila salah seorang warga Terunyan meninggal secara wajar, mayatnya akan ditutupi kain putih, diupacarai, kemudian diletakkan tanpa dikubur di bawah pohon besar bernama Taru Menyan, di sebuah lokasi bernama Sema Wayah. Namun, apabila penyebab kematiannya tidak wajar, seperti karena kecelakaan, bunuh diri, atau dibunuh orang, mayatnya akan diletakan di lokasi yang bernama Sema Bantas. Sedangkan untuk mengubur bayi dan anak kecil, atau warga yang sudah dewasa tetapi belum menikah, akan diletakan di Sema Muda.



Penjelasan mengapa mayat yang diletakan dengan rapi di sema itu tidak menimbulkan bau padahal secara alamiah, tetap terjadi penguraian atas mayat-mayat tersebut ini disebabkan pohon Taru Menyan tersebut, yang bisa mengeluarkan bau harum dan mampu menetralisir bau busuk mayat. Taru berarti pohon, sedang Menyan berarti harum. Pohon Taru Menyan ini, hanya tumbuh di daerah ini. Jadilah Tarumenyan yang kemudian lebih dikenal sebagai Terunyan yang diyakini sebagai asal usul nama desa tersebut.




Perkebunan Kopi dan Kopi LUWAK Bali

Perkebunan Kopi dan Kopi LUWAK Bali


Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak/musang kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopi ini di kawasan Asia Tenggara telah lama diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di peminat kopi gourmet setelah publikasi pada tahun 1980-an. Biji kopi luwak adalah yang termahal di dunia, mencapai USD100 per 450 gram.
Sejarah Kopi Luwak
Asal mula Kopi Luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloninya di Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa" atau Cultuurstelsel (1830—1870), Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak.[1] Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial.


Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Dengan indera penciumannya yang peka, luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul matang optimal sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Hal ini terjadi karena luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji kopi tidak tercerna. Biji kopi luwak seperti ini, pada masa lalu hingga kini sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak. Aroma dan rasa kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan penikmat kopi di seluruh dunia.


Kopi Luwak yang diberikan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono kepada PM Australia, Kevin Rudd, pada kunjungannya ke Australia di awal Maret 2010 menjadi perhatian pers Australia karena menurut Jawatan Karantina Australia tidak melalui pemeriksaan terlebih dahulu. Pers menjulukinya dung diplomacy.




Ubud Bali



Rumah traditional Ubud
Ubud adalah sebuah tempat peristirahatan di daerah kabupaten Gianyar, pulau Bali, Indonesia. Ubud terutama terkenal di antara para wisatawan mancanegara karena lokasi ini terletak di antara sawah dan hutan yang terletak di antara jurang-jurang gunung yang membuat alam sangat indah. Selain itu Ubud dikenal karena
Rumah traditional Bali
seni dan budaya yang berkembang sangat pesat dan maju. Denyut nadi kehidupan masyarakat Ubud tidak bisa dilepaskan dari kesenian. Di sini banyak pula terdapat galeri-galeri seni, serta arena pertunjukan musik dan tari yang digelar setiap malam secara bergantian di segala penjuru desa. Sudah sejak tahun 1930-an, Ubud terkenal di antara wisatawan barat. Kala itu pelukis Jerman; Walter Spies dan pelukis Belanda; Rudolf Bonnet menetap di sana. Mereka dibantu oleh Cokorda Gede Agung Sukawati, dari Puri Agung Ubud. Sekarang karya mereka bisa dilihat di Museum Puri Lukisan, Ubud.
Puri Agung Ubud Krisnakusuma terletak tepat di jantung kota Ubud. Merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Ubud pada zaman dahulu, serta sebagai pusat kegiatan seni budaya dan adat, yang diadakan di tepat di depan puri. Puri Ubud masih memiliki tata ruang dan bangunan yang dipertahankan seperti aslinya. Di halaman depan, setelah pintu gerbang, terdapat area yang disebut Ancak Saji. Disini seminggu sekali diadakan pertunjukan seni tari, bagi wisatawan. Dan setiap hari, dilaksanakan latihan gamelan dari berbagai kelompok seni musik yang ada di Ubud. Semua aktivitas seni semakin mengentalkan suasana Ubud sebagai sebuah desa yang berwawasan kesenian.
Wanara Wana atau Hutan Kera, (lebih dikenal dengan Monkey Forest) adalah kawasan hutan sakral yang terdapat di kawasan Ubud, tepatnya masuk ke dalam wilayah desa adat Padangtegal, Ubud. Di hutan ini terdapat sekawanan kera yang jumlahnya ratusan, yang telah menghuni kawasan ini selama ratusan tahun. Di kawasan ini terdapat pula Pura Dalem Padangtegal, yang didirikan pada awal abad ke-20. Pura tersebut memiliki arsitektur serta ornamen yang sangat kuno dan artistik. Anda juga bisa mencari mata air suci di bawah Patung Komodo yang tersembunyi, yg mana bila diminum, dipecaya dapat menyembuhkan segala jenis penyakit.








Julia Robert 'eat pray love' at Ubud Market
Di kawasan Ubud terdapat Pasar Seni Ubud atau Ubud Art Market tempat yang menjual suvenir khas Bali. Tempat ini menjadi salah satu tujuan utama wisata Bali bagi wisatawan domestik


maupun mancanegara. Produk segar seperti
buah-buahan, sayuran, unggas dan makanan ringan lokal dapat dibeli dari pasar basah terletak di ruang bawah tanah gedung.


Pasar Seni Sukawati merupakan tempat dijualnya barang-barang seni khas Bali sehingga cocok dijadikan oleh-oleh Bali untuk kenang-kenangan. Letaknya sekitar 20km dari jantung kota Denpasar. Di pasar seni ini ada ratusan pedagang seni berkumpul menjajakan barang kerajinan, mulai dari patung kayu, lukisan, kaos, celana pendek, tas, sandal, dan banyak lagi. Motifnya unik dan khas Bali.





Tegal lalang

Desa Ceking Tegalalang adalah salah satu objek wisata di kabupaten Gianyar dimana objek wisata ini terkenal dengan pemandangan sawah yang begitu indah dengan teraseringnya. Desa Ceking Tegalalang terletak di kecamatan Tegalalang, kabupaten Gianyar kira - kira berjarak 10 km dari Ubud. Di objek wisata ini kita akan menyaksikan pemandangan sawah dengan teraseringnya yang terlihat indah. Selain itu jika kita berkunjung ke sini tepat pada saat musim tanam kita bisa menyaksikan langsung para petani memanan padi. Di tempat ini juga bisa kita lihat petani yang melakukan kegiatan sehari - harinya di sawah salah satunya adalah menyabit rumpu, dan tidak jarang para wisatawan yang berkunjung ke sini memanfaatkan momen tersebut untuk diabadikan seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Tempat ini sangat tepat di kunjungi pada saat makan siang karena di tempat ini juga terdapat beberapa restaurant sehingga kita bisa makan siang sambil menikmati pemandangan sawah yang begitu indah. Selain itu di tempat ini juga banyak terdapat art shop yang menjual berbagai cindra mata untuk oleh - olah. Bagi anda yang liburan ke Bali dan belum pernah kesini silahkan berkunjung ke objek wisata Ceking untuk lebih menambah pengalaman wisata anda semua